Home » » Al-Qur'an, Tentang Cahaya BULAN

Al-Qur'an, Tentang Cahaya BULAN



Para Penggugat dan Penghujat Islam sering mempermasalahkan QS.Nuh :16 sebagai ayat Alqur’an yang tidak ilmiah karena mengatakan bulan bercahaya (dalam persepsi mereka bercahaya artinya udah pasti memancarkan cahaya sendiri seperti lampu petromaks). Bagaimana Alqur’an menjelaskan bahwa cahaya bulan hanya pantulan dari cahaya matahari, sedangkan matahari menghasilkan cahaya sendiri? 

Untuk memahami ini ada baiknya kita jangan hanya berkutat pada satu ayat, pelajarilah Al-Qur’an secara keseluruhan. Jangan sepotong-sepotong dan yang paling penting, pelajari tinjauan nahwu shorof bahasa Arabnya, bukan cuma terpaku pada terjemahannya. 

Firman Allah Subhanahuwata’ala:

وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًۭا وَجَعَلَ ٱلشَّمْسَ سِرَاجًۭا

Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya (Nuron) dan menjadikan matahari sebagai pelita (Siroja)” (QS. Nuh:16)

Perhatikan juga ayat-ayat senada berikut ini:

تَبَارَكَ ٱلَّذِى جَعَلَ فِى ٱلسَّمَآءِ بُرُوجًۭا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَٰجًۭا وَقَمَرًۭا مُّنِيرًۭا

Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. [25:61]  

jelasnya:  

"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari bercahaya (sirojan) dan bulan yang meminjam cahayanya (Muniraa)”. (QS. [25] Furqan: 61).

  هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءًۭ وَٱلْقَمَرَ نُورًۭا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍۢ يَعْلَمُونَ  

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar (dhiya-a) dan bulan bercahaya (Nuron) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS.Yunus:5)

Imam mufassir Al Baidhawi menafsirkan ayat ini seperti berikut: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.” (QS. Yunus: 5) setelah beliau mejelaskan gambaran matahari dan bulan, “Allah swt memberikan pengetahuan kepada kita, bahwasanya matahari bersinar dengan dirinya sendiri, sementara bulan bersinar karena menerima pantulan sinar matahari dan menyerapnya.”

Baca juga ayat ini:

وَجَعَلْنَا سِرَاجًۭا وَهَّاجًۭا

dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari),” (QS. An-Naba’:13)

Dalam Al-Qur ‘an, matahari “As-Syams” (ٱلسَّمَآ) selalu menggunakan kata “siroja” (سِرَاجًۭا) yang artinya obor, “dhiya-a”(ضِيَآءًۭ) artinya cahaya kemuliaan atau “wahaj” (وَهَّاجًۭا) yang berarti lampu yang hidup atau terang. Sedangkan untuk bulan “Qomar” (قَمَرًۭ) menggunakan kata “Nur” (نُورًۭ) yang artinya pantulan cahaya atau “Munira” (مُّنِيرًۭا) yang artinya cahaya yang dipinjamkan. Tidak mungkin bulan (Qomar) menggunakan kata “siroja” atau “dhiya-a” atau “wahaj”. Untuk bulan, selalu digunakan kata “Nur” atau “Munira”

Selanjutnya baca juga ayat ini:

ٱلنَّجْمُ ٱلثَّاقِبُ

(yaitu) bintang (An-Najm) yang cahayanya menembus (Ats-Tsaqib),” (QS. At-Thariq:3)

Kata Arab untuk Bintang adalah An-Najm (ٱلنَّجْمُ) dan cahayanya digambarkan dengan Tsaqib (ٱلثَّاقِبُ), dia menembus kegelapan dan menghabiskan dirinya sendiri. Jadi, bintang adalah benda angkasa yang memiliki cahayanya sendiri. Dan salah satu dari bintang-bintang adalah matahari. Berarti matahari pun punya cahaya sendiri, sama seperti bintang lainnya.

Al-Qur’an -- yang bukan karangan manusia tetapi firman Allah -- dengan jelas membedakan bahwa bulan bersinar dari pantulan cahaya matahari dan matahari bersinar dari sumber cahayanya sendiri. Baik matahari maupun bulan, keduanya sama-sama bersifat menerangi, hanya saja selain menerangi matahari juga membawa hawa panas serta menghasilkan cahaya sendiri. Adapun bulan memberi cahaya yang tidak mengandung unsur panas dan hanya memantulkan cahaya matahari. Ini menunjukkan bahwa sesuatu tidak akan dikatakan sebagai "siroj" kecuali selalu disertai dengan panas. Dan yang namanya benda bercahaya seperti bulan misalnya, belum tentu adalah sumber cahaya. Bisa jadi cahayanya berasal dari pantulan cahaya benda lainnya, itu sebabnya kenapa bulan selalu identik dengan "Nur" bukan "Siroj".

Para ahli falaq (perbintangan) atau mereka yang mengenali dengan baik tabiat matahari dan bulan, tentu memahami dua gambaran di atas, terutama bila mereka juga memahami tata-bahasa Arab.

Dengan demikian, siapa pun dapat mengerti bahwa sesungguhnya ayat-ayat Al-Qur'an di atas memberikan informasi yang sangat jelas bahwa matahari memberikan penerangan dari dalam dirinya sendiri, sedangkan bulan dengan cahaya hasil pantulan sinar yang diserapnya (dari matahari).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa ayat-ayat Al-Qur'an di atas membedakan cahaya matahari dan cahaya bulan dengan kata-kata yang sangat detail dan teliti. Kita tidak menyebut kamar tidur kita misalnya, dengan kata "siraj" karena ia memberikan cahaya atau sinar, tapi kita katakan cahaya kamar adalah pancaran cahaya lampu yang memancarkan cahaya dari dalam dirinya sendiri. Inilah "siraj" yang memancarkan sinar dan cahaya dari dirinya sendiri.


Jadi, menuduh bahwa QS.Nuh:16 tidak ilmiah jelas-jelas sebuah kesalahan fatal yang melawan kaidah ilmiah itu sendiri!. Penjelasan Al-Qur'an tentang cahaya dua benda langit dimaksud sangat jelas dan sangat ilmiah, dan ajaibnya, sudah diketahui oleh kebanyakan umat muslim sejak 14 abad lalu, jauh sebelum para ilmuan modern sendiri membuat berbagai kesimpulan ilmiah menyangkut cahaya matahari dan cahaya bulan!.

Secara sembrono menggugat ayat-ayat Al-Qur'an tentang sains sebetulnya cuma pemikiran kafir picik yang sama sekali tidak mengerti tata-bahasa Arab namun hanya bermodalkan terjemahan dari situs-situs penghujat Islam melalui Googling plus, tidak diragukan lagi, kedengkian yang tak terobati terhadap kebenaran yang dibawa oleh ajaran Islam.


Lalu, bagaimana penjelasan alkitab tentang cahaya matahari dan bulan ini? Tahukah anda apa kata Alkitab tentang matahari dan bulan? Ternyata Kitab Kejadian menegaskan bahwa matahari dan bulan adalah dua benda langit yang sama-sama berfungsi sebagai penerang (mempunyai cahayanya sendiri-sendiri).  

[Kejadian 1:16] : 
Maka Allah menjadikan KEDUA BENDA PENERANG YANG BESAR ITU, yakni YANG LEBIH BESAR UNTUK MENGUASAI SIANG dan YANG LEBIH KECIL UNTUK MENGUASAI MALAM, dan menjadikan juga bintang-bintang.

Perhatikan kalimat dalam huruf kapital di atas, ada dua benda langit yang sama-sama bersifat penerang:
  1. Yang lebih besar untuk menguasai siang, maksudnya dalah matahari,
  2. Yang lebih kecil untuk menguasai malam, maksudnya adalah bulan.
Ayat di atas sama sekali tidak menjelaskan adanya perbedaan antara mana yang mempunyai cahaya sendiri dan mana pula yang bercahaya karena mendapat pantulan sinar dari yang lain. Semuanya disebut sebagai PENERANG, atau sama-sama menghasilkan cahaya masing-masing, sedangkan kita semua tahu bahwa menurut sains, bulan tidak menghasilkan cahaya sendiri akan tetapi memantulkan cahaya matahari. Bukan begitu?  

Jadi, sudah jelaslah sekarang mana sebenarnya kitab yang tidak ilmiah bukan?

[Sumber: Islam Menjawab Fitnah]

Share this article :

1 komentar:

  1. Memang begitulah adanya,bulan memanh memiliki cahaya sendiri bukan dari matahari, jangan paksakan untuk sesuai dengan akal pikiran manusia yang terbatas.
    Tidak ada tafsir "meminjam cahaya" versi Kemenag-RI.
    perhatikan juga, bahwa Allah menciptakan Matahari, bulan dan bintang, artinya ketiganya memang berbeda, matahari tidak bisa disamakan dengan bintang.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © Mei 2017. misteri ilahi - Rendy Ananda Aceda
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Frida Satriani Aceda Blogger