Home » » AKAR PERMASALAHAN KONFLIK ARAB–ISRAEL KARENA YAKOB DIANGGAP SEBAGAI NABI PENDUSTA?

AKAR PERMASALAHAN KONFLIK ARAB–ISRAEL KARENA YAKOB DIANGGAP SEBAGAI NABI PENDUSTA?

Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepada mu serta kepada keturunan mu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham.” (Kejadian 28: 3-4)”.

Ayat diatas diambil dari Kitab Taurah Yahudi  (Perjanjian Lama pada Umat Kristen) yang intinya adalah menceritakan hak waris wilayah, melalui benih perjanjian Abraham yang diperoleh Ishak yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya sebagai wasiat sesuai yang telah dijanjikan Tuhan kepada Ayahnya Abraham (Ibrahim) :

“Kepadamu (Abraham) dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan (Palestina) akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.” (Kejadian 17: 8, juga Kejadian 13:15 dan Keluaran 32: 13).

Kisah ini mengisahkan pemberkahan wilayah ditujukan untuk seorang anak yang saling berebutan .

Kita tahu bahwa Ishak adalah seorang Nabi, sama seperti ayahnya yaitu Abraham (Ibrahim) juga seorang nabi yang diutus Tuhan untuk melaksanakan syariat Tuhan yang tentunya merupakan orang pilihanNya. Sudah tentu manusia yang diutus Tuhan pasti orang yang lurus karena jiwanya sudah diselimuti oleh roh kudus/roh suci/roh kebenaran dari tuhanNya (pengertian roh kudus disini dipahami dari konsep Islam, karena maknanya banyak sekali yang menyipatinya salah satunya seperti hidayah, bisa juga berupa makhluk yang bernama Malaikat Jibril, yang jelas bukan Tuhan tapi berasal dari Tuhan, dan sudah pasti yang baik/lurus berasal dari Tuhan karena Tuhan mengajari kebaikan serta kelurusan bukan yang mengkol-mengkol, apalagi terhadap para nabi-Nya).

Kita mengenal Abraham/Ibrahim sebagai bapaknya Agama Tauhid yang menekankan Ke-Esaan Tuhan tanpa adanya embel-embel lain, syariat ketauhidan/ke-Esaan Tuhan yang ditanamnya terus berjalan yang kemudian dilaksanakan oleh nabi-nabi lainnya, demikian juga terhadap kedua putranya yang terutus juga sebagai nabi, hanya saja berlainan ibu yakni Ismail dan Ishak.

Kita percaya dengan kehendakNya dan kemaha kuasaanNya serta kebesaranNya cucu Ibrahim yang berasal dari anaknya yang bernama Ishak diutus juga menjadi seorang nabi yaitu Yakub. Sebagaimana dikisahkah pada kitab Taurah Ibrani: Ishak dari istrinya yang bernama Ribka melahirkan anak kembar yang bernama Esau dan Yakub, Esau merupakan anak sulung karena terlebih dahulu keluar.

Kejadian 25: 24 – 26 :
(24) “ Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya”.
(25) “Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau”.
(26) “Sesudah itu keluarlah adiknya;
tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir”.

Anehnya sifat Tuhan yang maha bijaksana, tega berfirman :

“Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: “Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?” Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya: “Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.” (Kejadian 25: 22-23).

(Maksud dari ayat ini adalah kedua anaknya tersebut telah menunjukkan sifat bermusuhan/berkelahi terlebih dahulu didalam kandungan/sebelum lahir).

Pada ayat ini digambarkan seolah-olah Esau sebagai anak pertama ditakdirkan untuk menjadi pelayan bagi adiknya yaitu Yakub yang lebih muda, yang tentu berlawanan dengan tradisi dan budaya yang wajar. Sejak dari kandungan sang ibu yang bernama Ribka, sudah ada dua macam manusia yang bertolak belakang sifat-sifatnya, dan Esau menjadi lebih kuat dibanding Yakub, terbukti sekarang ini, umat/keturunan Esau memang lebih kuat dan lebih banyak dibanding umat/keturunan Yakub, yang dalam kesimpulannya Esau sebagai saudara Yakub kelak mengawini anak pamannya sendiri yakni Ismail hingga beranak cicit dan bergabung menjadi keluarga besar bani Ismail yang membentuk bangsa Arab kini (Jadi kesimpulannya adalah Ismail/Arab dan Yakub/Israel merupakan saudara), Esau yang kelak anak cicitnya tinggal di wilayah yang bernama Edom yang selanjutnya menjadi suatu wilayah kerajaan Edom dan membaurkan diri dengan keluarga Ismail termasuk Nebayot dan Kedar yang merupakan nama dari anak-anak Ismail yang juga merupakan kakak/abang Iparnya sendiri sehingga mempunyai andil dalam pembentukan negara-negara Arab secara keseluruhan.

Kalau kita tilik lebih mendalam, berdasarkan kesimpulan dari ayat (Kejadian 25: 22-23) diatas, Tuhan telah membentuk/memainkan peran sebagai tokoh pembentukan propaganda, ironis bukan?. Tapi itulah yang nyata-nyata tertulis dalam kitab suci yang merupakan penuntun dan pedoman kehidupan yang akhirnya membentuk keyakinan hakiki.

ESAU MENIKAHI PUTRINYA ISHMAEL/ISMAIL

Esau pergi ke tempat Ismael, pamannya, dan mengawini putrinya yang bernama Mahalat. Dari sini sudah terlihat Esau dan Ismael telah bersekutu di dalam ikatan perjanjian karena mengambil istri anak pamannya sendiri yang selanjutnya menjadi keluarga besar Ismail dan kelak keturunannya melahirkan bangsa Arab, seperti yang dijelaskan pada ayat:

“Sebab itu ia pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi isterinya, di samping kedua isterinya yang telah ada. Mahalat adalah anak Ismael anak Abraham, adik Nebayot”. (Kejadian 28:9).

Jadi kesimpulannya adalah mereka saudara dekat, selama ini kebanyakan umat Islam hanya mengetahui persaudaraan Arab dan Israel (nama lain nabi Yakub yang menurunkan bangsa Israel) umumnya dari nabi Ibrahim saja yang mana kedua putranya Ismail dan Ishak merupakan adik kakak beda Ibu, tapi ternyata adik Ismail yakni Ishak mempunyai istri bernama Ribka yang mempunyai keturunan/anak kembar bernama Esau dan Yakub, dimana kakaknya Yakub yang bernama Esau memperistrikan Mahalat anak pamannya sendiri yaitu Ismail sebagai cikal bakal bangsa Arab yang selanjutnya membentuk  Kerajaan Edom dan Yakub sendiri yang merupakan adik Esau selanjutnya menurunkan bangsa Israel. Hal ini jarang dipahami oleh umat Islam dikarenakan Esau sebagai kakaknya Yakub tersebut bukanlah seorang utusan Tuhan/Nabi, oleh karena itu sejarahnya jarang dibaca, beda seperti Yakub yang merupakan utusan Tuhan/Nabi kisahnya sangat sering dibaca, jadi disamping ayah mereka merupakan adik kakak, anak merekapun punya ikatan perkawinan.

Anak-anak Nabi Ismail dari Istri yang bernama Mudad :

  • Nebayot, (Nabet) anak sulung Ismail

  • Kedar (Qidar) ==> (dikenal dengan Bani Kedar merupakan silsilah Nabi Muhammad SAW)

  • Adbeel (Edbael)

  • Mibsam (Mebsham)

  • Mahalat (Mishma) ==> (Istri Esau/Kakak Ipar Nabi Yakub/Israel, selanjutnya membentuk Kerajaan Edom)

  • Duma

  • Masa (Micha)

  • Hadad (Hudud)

  • Tema (Yetma)

  • Yetur (Yetour)

  • Nafish (Nafis)

  • Kedma (Qidman)

Lantas Kenapakah Mereka Saling Bermusuhan?

Disamping ayat-ayat yang Ironis yang mereka yakini/imani sebagai firman Tuhan, ternyata Esau menyimpan dendam kesumat pada Yakub yang telah menipu, seperti yang dikisahkan sebagai berikut:
“Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah”. (Kejadian: 25: 27).

Esau bertubuh besar dan ia mengembangkan keterampilan berburu, dan ia lebih suka mengembara di alam liar, sementara adiknya seorang yang tenang perangainya dan jarang keluar rumah.

ESAU MEREMEHKAN HAK KESULUNGANNYA

Esau menjual hak kesulungannya hanya demi mendapatkan semangkok sup. Ia baru saja pulang dari medan perburuan dan ia sangat kelelahan. Maka ia memohon agar Yakub memberinya “sedikit dari yang merah-merah di dalam kuali itu” (Kejadian: 25: 30).
Esau meremehkan hak kesulungannya dan menukarnya hanya untuk semangkok sup lentil dan sedikit roti (Kejadian 25: 31-34).

YAKUB MENCURI BERKAT YANG AKAN DIBERIKAN AYAHNYA KEPADA ESAU BERSEKONGKOL DENGAN SANG IBU

Ishak menjadi kian tua, dan matanya kian kabur. Sebelum meninggal, ia ingin meneruskan berkat Abraham kepada putra tertuanya, Esau. Maka Ishak menyuruh Esau pergi menangkap hewan buruan dan kemudian memasakkan makanan untuknya, dan baru setelah puas makan nanti ia akan memberkati Esau:

Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.” (Kejadian 27: 3-4).

Ribka menguping perkataan Ishak dan ia memberitahu Yakub agar mengambil sedikit daging, agar ia bantu memasaknya menjadi makanan kesukaan Ishak, agar Yakub dapat menerima berkat dari Ishak (dan bukan Esau yang menerimanya). Ribka berencana untuk menyuruh Yakub memakai pakaian Esau agar Yakub berbau seperti Esau. Ia juga menutupi lengan dan lehernya dengan rambut kambing agar badan Yakub seakan berambut seperti badannya Esau (Kejadian 27: 14,17).

Rencana ini berhasil, dan Ishak memberkati Yakub serta meneruskan berkat Abraham kepadanya. Ishak memberkati Yakub, dan Alkitab/Bible mencatat bahwa berkat tersebut terdiri dari dua bagian:

  • Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.” (Kejadian 27:28-29).
  • “Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham.” (Kejadian 28: 3-4)”.

Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub dan juga kehilangan berkatnya sebagai putra sulung.

Esau pulang kembali dari padang dengan membawa hewan buruan, lalu memasak makanan buat ayahnya, Ishak. Namun ternyata Yakub sudah terlebih dulu diberkati oleh Ishak. Esau menangis dan memohon agar Ishak memberi berkat yang lain baginya. Ishak tidak dapat memberinya berkat Abraham atau berkat sebagai anak sulung, tetapi Ishak menjawab Esau demikian:

“Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu.” (Kejadian: 27:40)

“Esau membenci Yakub karena Yakub mencuri berkat yang semestinya ia peroleh. Esau menginginkan berkat itu. Esau terlanjur menjual hak kesulungannya kepada Yakub dan juga kehilangan berkat anak sulung. Esau berencana di dalam hatinya untuk membunuh Yakub”. (Kejadian: 27: 41).

“Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.” (Kejadian: 27: 28-29).

“Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham.” (Kejadian 28: 3-4)”.

Pada intinya ayat-ayat tersebut Yakub telah menipu Esau sebagai pemilik hak sulung.

Kejadian 27: 35 – 36 :
35) Jawab ayahnya (Ishak): “Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu.” Kata Esau: “Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku.
36) Hak Kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku.” Lalu katanya: “Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?”

Ayat diatas menjelaskan Yakub telah dua kali menipu Esau. Yakub yang juga dipanggil Israel sebagai namanya oleh Tuhan. Pergumulan yang sudah berlangsung sejak mereka berdua di rahim sang ibu dimana Yakub mencengkeram tumit Esau pada waktu ia lahir, dan sejak dari saat itu seolah-olah Esau yakin bahwa ia akan meremukkan Yakub di bawah tumitnya.

Esau pergi mencari pamannya, Ismael, dengan hati yang masih memendam benci kepada Yakub, yang pada akhirnya mengawini anak perempuan pamannya sendiri yakni Ismael sebagai istrinya sehingga yang selanjutnya mempunyai andil menurunkan keturunan Ismael, perkawinan ini menjadi awal dari persekutuan antara Esau dan Ismael

Pada zaman sekarang, keturunan-keturunan Esau telah berbaur utuh dengan Ismael/Arab dan terlihat masih saling bermusuhan pada Yakub/Israel, apakah dendam-dendam dahulu masih membekas ?, entahlah.. .

Seiring berjalannya waktu hingga kini, salahkan Tuhan menentukan Kriteria manusia untuk menjadi utusan/nabiNya? Ataukah ayat-ayatNya sendiri yang telah terdistorsi (menyimpang)!. Jawabannya tentu tergantung pada keyakinan anda sendiri … yaitu berpikir secara ratio atau sola fide (fideism) terserahlah……

Kisah yang terulang ?

Sebenarnya kisah ini mirip sekali dengan kisah Keluarga Abraham/Ibrahim yang sama-sama menceritakan putra sulung yang menjadi korban, kalau direnungkan sama saja tujuan inti ceritanya dengan gaya redaksi yang sedikit diubah dan actor/pelakunya yang berbeda, pada kisah Ishak dan Yakub dengan sangat jelas ayat menyatakan Yakub telah menipu 2 kali (Kejadian 27: 35) , namun pada keluarga Ibrahim tersirat juga 2 kali penipuan/kejanggalan terselubung yakni :

  • Motif pada saat Ismail dan Ibunya di usir yang penuh kejanggalan, dan

  • Terselubungnya nama tempat pada saat peristiwa pembentukan sumur bermata air serta kisah penyembelihannya dan penyebutan Ishak sebagai Anak Tunggal .

Inilah yang dinamakan kisah yang terulang, kok Tuhan bisa kekurangan bahan buku cerita untuk difirmankanNya ? Heran bin Ajaib….

Pada kisah ini yang terdapat dalam Taurah Yahudi (Perjanjian Lama Alkitab Kristen) nampak jelas distorsi/penyimpangan ayat yang tidak dapat disembunyikan lagi, yakni ayat-ayat yang menceritakan Ismail dan Ibunya, dan telah diakui kesalahan total oleh pakar-pakar kristolog dari kalangan Kristen sendiri yang berpikiran jernih, sehingga kejanggalanpun dapat ditelusuri, coba teliti jalan kisahnya :

ISMAIL ATAU ISHAK yang diberikan sebagai kurban.

Alkitab/Bible sangat jelas menunjukkan siapa yang diberikan sebagai kurban:

Firman-Nya (Tuhan): “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran… ” (Kejadian 22: 2).

Dalam priode masa apa pun, hanya Ismail keturunan Ibrahim Alaihis-salam yang dapat dilukiskan sebagai “anakmu yang tunggal” karena selama 13 tahun lebih, Ismail adalah satu-satunya anak dan keturunan Ibrahim.

Dalam kitab kejadian saja, tidak kurang dari 12 kali Tuhan memberitahu bahwa Ismael adalah “anak dan keturunan” Ibrahim. Tidak ada ayat yang menyebutkan priode masa dimana Ishak adalah satu-satunya anak dan keturunan Ibrahim!

Kesalahan penulisan berada di tangan bangsa Yahudi yang melakukan edit terhadap kitab Musa, seperti yang diratapi Nabi Yeremia:

Bagaimanakah kamu berani berkata: Kami bijaksana dan kami mempunyai Taurat Tuhan? Sesungguhnya, Pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong.” (Yeremia 8: 8).

Ketika bangsa Yahudi diketahui mengubah bangsa Israel menjadi bangsa Ismael dengan tidak melibatkan motivasi apa pun, maka betapa mudah bagi mereka mengubah kata “anakmu yang tunggal Ismail” menjadi “anakmu yang tunggal Ishak”.

Bukankah lebih tepat namanya kalau kita juluki: “Ayat-ayat Udang Dibalik Batu ?.

Untuk membuktikannya mari kita bahas sedikit kisahnya menurut kitab mereka, dan sebelum masuk pada pembahasan, ada baiknya kita baca terlebih dahulu Kitab Kejadian berikut ini:

16:16 Abraham berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
21:5 Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.
25:9 Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia (Abraham) dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre,

Dalam Kejadian 16, Ismail lahir ketika Abraham berumur 86 tahun. Sedangkan dalam Kejadian 21, Ishak lahir ketika Abraham berumur 100 tahun. Ini berarti selisih umur antara Ismail dan Ishak adalah 14 tahun.

Dalam Kejadian 25, Ismail dan Ishak secara bersama-sama menguburkan bapaknya, Abraham

Sekarang marilah kita lihat pembahasan berikut ini, dan juga mengambil sedikit sudut pandang yang ada pada Al-Qur’an karena pada ayat Alkitab/Bible terdapat misteri kata “Bacca” terdapat persamaan maksud kata yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu: “Bakkah” yang berarti Mekah.

BACCA adalah MAKKAH: Ka’bah yang suci dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan anaknya Ismail Alaihis Salam di Mekah.

Nama Mekah disebut dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Fath (48) : 24. Nama lain Mekah adalah Bakka, tergantung dialek sukunya: hal ini juga disebut sekali dalam Surat Ali ‘Imran (3): 96, yaitu: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dlbangun (untuk tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Bakka ini juga disebut oleh Daud dalam Alkitab/Bible :

“Apabila melintasi lembah Bakka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.” (Mazmur 84: 7).

1. Peristiwa Terbentuknya Sumur bermata air (Zam-Zam ?).
Menurut catatan Alkitab dalam Kitab Kejadian 21:8-13, setelah menyapih Ishak, yang berarti Ismail berusia sekitar 16 tahun, Sarah cemburu dengan Ismail ketika melihat ia bermain bersama Ishak. Kemudian, ia meminta agar Abraham membuang Hagar dan Ismail. Abraham konon merasa tertekan dengan permintaan ini, tetapi Allah meyakinkan Abraham bahwa ia harus mengikuti permintaan Sarah. Kisah Alkitab kemudian dilanjutkan dalam Kitab Kejadian berikut ini:

“Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah dia dengan suara nyaring. Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan peganglah erat-erat dengan tanganmu, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.” Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.” (Kejadian 21:14-19 – DRB 1582 & KJV 1611).  

Dalam kutipan di atas, cetak biru ditambahkan untuk frasa-frasa kunci yang mengilustrasikan kemustahilan catatan Kitab Kejadian mengenai Ismail yang berusia 16 tahun pada saat itu. Hagar dengan berbagai cara harus memperlakukan Ismail dengan cara:

meletakkan Ismail, roti dan sekirbat air di atas bahunya 
membuang Ismail ke bawah semak-semak (membaringkannya)
mengangkat Ismail dari tempat ia terbaring dan memegang erat2 Ismail dengan tangannya.

Tindakan Hagar di atas, tidaklah pantas dilakukan untuk anak berusia 16 tahun. Tetapi tindakan tersebut mungkin saja dilakukan terhadap seorang balita yang belum disapih dan belum bisa berjalan. Padahal sebelumnya, Ismail sudah bisa bermain bersama dengan Ishak, yang berarti Ismail sudah besar dan sudah bisa berlari-lari.

Perhatikan juga nama tempat yang tertulis dalam Taurat adalah Bersyeba, padahal peristiwa tersebut terjadi di lembah Baka/Mekah. Tidak ada bukti sama sekali bahwa peristiwa tersebut terjadi di Bersyeba (Palestina dan sekitarnya), tetapi bukti2 itu justru dapat dilihat di Baka/Mekah, yaitu Bukit Shafa dan Marwah, dan Sumur Zam-Zam. Oleh karena Ismail, semenjak diungsikan hingga wafatnya adalah di kota Baka/Mekah.

Ketika itu, Ismail memang masih bayi yang baru beberapa hari dilahirkan. Untuk menghindari kecemburuan Sara, istri pertama Abraham, Allah memerintahkan Abraham untuk mengungsikan Ismail dan ibunya, Hagar, ke lembah Baka/Mekah. Sesampainya di lembah Baka/Mekah, Abraham diperintahkan oleh Allah untuk kembali ke Palestina (Kanaan) menemui Sara dan meninggalkan Ismail dan Hagar di lembah tersebut. Beberapa saat kemudian, Ismail menangis kehausan dan segala persediaan sudah habis. Hagar pun harus mondar mandir antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari air dan tidak pula ia dapatkannya. Atas pertolongan Allah melalui malaikat Jibril, tiba2 muncullah mata air yang deras dari bawah kaki Ismail, dan Hagar pun berteriak kegirangan, “Zam Zam, Zam Zam!” Oleh karena itu, mukjizat Nabi Ismail ini sekarang dikenal sebagai Sumur Zam-Zam.

Indikasi peristiwa terbentuknya Sumur Zam-Zam di Baka/Mekah ini masih dapat ditemukan dalam Kitab Mazmur berikut ini:

84:5 (84-6) Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
84:6 (84-7) Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.

Jelas sekali bahwa kisah di atas merupakan salah satu bukti telah terjadinya perombakan di dalam Taurat. Ismail yang berusia 16 tahun diperlakukan seperti bayi yang masih berumur 2 bulanan. Perombak Taurat tampaknya ingin menunjukkan seolah2 Ishaklah kakak Ismail, oleh karena Ishak baru saja disapih yang berarti usianya sekitar 2 tahunan, sementara Ismail masih bayi (padahal usia Ismail sekitar 16 tahunan). Dengan demikian, perombak Taurat dapat mengarang kisah selanjutnya di bawah ini.

2. Kisah Penyembelihan dan Penyebutan Ishak sebagai Anak Tunggal. 
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (Kejadian 22:1-13).

Dalam kisah di atas, terdapat 2 kejanggalan besar, yaitu:
1. Ishak disebut sebagai anak tunggal Abraham, padahal Ishak adalah adik Ismail.
2. Usia Ishak baru saja disapih, tapi diperlakukan seperti anak berusia 16 tahun ketika akan disembelih Abraham. Silahkan periksa kembali Kejadian 21 di atas. Di sana Ismail yang berusia 16 tahun diperlakukan seperti anak yang baru berumur 2 bulanan. Dengan dasar ini, perombak Taurat ingin menunjukkan seolah2 Ishaklah kakak Ismail, karena Ishak baru saja disapih sementara Ismail masih bayi. Karenanya, mereka dengan konyol menyebut Ishak sebagai anak tunggal Abraham. Padahal, bukti2 Alkitab sendiri sudah jelas, bahwa Ismail adalah kakak Ishak!

Kejanggalan2 di atas tampaknya diakibatkan oleh banyaknya tangan2 Bani Israel yang turut merombak, sehingga antara pasal yang satu dengan yang lain kelihatan tidak ada kesesuaian. Sangat mungkin, ketika mengumpulkan Taurat, mereka tidak meneliti sedemikian jauh sehingga kejanggalan itu tetap saja terlihat dengan jelas.

Umat Yahudi dan Kristen menganggap penyebutan Ishak sebagai anak tunggal Abraham adalah karena Ishak merupakan anak dari istri yang sah, yaitu Sara. Padahal, dalam Kitab Kejadian 16:3 dikatakan bahwa Abraham mengambil Hagar sebagai istrinya. Ini berarti, Hagar juga adalah istri sah Abraham. Suatu alasan yang tidak masuk akal! Sesungguhnya, alasan tersebut sengaja dibuat oleh Bani Israel oleh karena mereka iri/dengki bahwa yang menjadi penerus agama samawi, sebagaimana masih dapat terbaca secara tersirat dalam “Taurat dan Injil”, adalah keturunan Ismail (Muhammad).

Dalam kisah versi Taurat di atas, peristiwa penyembelihan itu terjadi di Moria, padahal peristiwa tersebut sebenarnya terjadi di Mina.

Untuk memahami ayat-ayat tersebut, tidak perlu menggunakan metode penelaahan tafsiran baik secara  PaRDeS maupun Midras dan lainnya, orang awam sekalipun sangat-sangat mengerti kesalahan dan kebohongan cerita yang dikisahkan.

Kisah yang terulang ini terjadi kembali pada kisah kelahiran Yesus, kok Tuhan bisa kekurangan bahan buku cerita untuk difirmankanNya ?

Pertama: Karena pengagungan dan penyembahan yang dilakukan gereja-gereja perdana terhadap Yesus, sosok yang sebetulnya dilahirkan di Nazareth ini, kota yang sama sekali tidak penting, diubah, lewat berbagai aretalogi/kisah-kisah kebajikan besar (dalam Perjanjian Baru maupun di luarnya), menjadi sosok religiopolitis yang dilahirkan di kota Raja Daud, kota Bethlehem, kota yang disucikan dan diagungkan sebagai kota asal sang Messias Yahudi sejati mana pun. Sebutan “Yesus orang Nazareth” adalah sebuah petunjuk kuat bahwa Yesus dilahirkan di Nazareth, bukan di Bethlehem. Dengan menyatakan kota Bethlehem, kota Raja Daud, sebagai kota kelahiran Yesus, maka Raja Daud yang hidup seribu tahun sebelumnya (abad 10 SM) pun dibuat menjadi bapak moyang agung sosok Yesus dari Nazareth. Untuk melegitimasi usaha religiopolitis peningratan Yesus ini, maka silsilah Yesus disusun yang dengan lebih dari satu cara mempertalikan sosok Yesus dari Nazareth dengan Raja Daud sebagaimana dapat dibaca dalam Injil Matius 1:1-17. Silsilah Yesus versi Matius ini tidak sama dengan silsilah Yesus yang disusun atau dipakai penulis Injil Lukas (3:23-38). Masing-masing silsilah ini tidak sama karena memang disusun untuk tujuan dan kepentingan religiopolitis yang berbeda. Pada sisi lainnya, penulis Injil Kristen tertua intrakanonik, yakni Injil Markus (ditulis tahun 70 M), sama sekali tidak memandang penting untuk menyusun sebuah kisah kelahiran Yesus. Pada ujung satunya lagi, yakni dalam Injil Yohanes (ditulis akhir abad pertama M, sekitar tahun 90-an), juga tidak ditemukan kisah apapun tentang kelahiran Yesus. Dalam Injil Keempat ini, kisah Natal diganti dengan apa yang dinamakan protologi, yakni kepercayaan tentang apa yang ada pada awal atau permulaan segala zaman. Injil ini dibuka dengan kata-kata ini, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Jadi, kota Nazareth dalam injil ini diganti dengan kawasan di luar dunia ini, tempat asal-usul Yesus Kristus sebagai “sang Firman yang telah menjadi manusia” (Yohanes 1:14). Dalam Injil Yohanes, persalinan seorang perempuan diganti dengan inkarnasi atau penitisan.

Kedua : Dalam tuturan penulis Injil Lukas, kelahiran Yesus diwartakan sebagai kelahiran seorang tokoh Yahudi yang menjadi pesaing religio-politis Kaisar Agustus, yang sama ilahi dan sama berkuasanya, yang kelahiran keduanya ke dalam dunia merupakan “kabar baik” (euaggelion) untuk seluruh bangsa karena keduanya adalah “Juruselamat” (soter) dunia. Berita dalam Lukas 2:10,11 jelas dilatarbelakangi dan mau menyaingi dekrit Majelis Provinsi Asia tentang Kaisar Agustus yang dikeluarkan tahun 9 M. Dekrit ini menyatakan: 
“Sang Kaisar Ilahi Tertinggi . . . harus kita pandang setara dengan Sang Awal segala sesuatu.... Kaisar adalah sang Dewa Kebaikan bagi semua orang . . . Sang Awal kehidupan dan kekuatan.... Semua kota sepakat untuk menjadikan Natal sang Kaisar Ilahi sebagai awal tahun baru.... Sang Providentia yang telah mengatur seluruh kehidupan . . . telah membawa kehidupan kita ke puncak kesempurnaan . . . lewat sang Kaisar Agustus yang telah dianugerahkannya kepada kita. Oleh sang Providentia sang Kaisar telah dipenuhi dengan kebajikan dan kebijaksanaan demi keselamatan seluruh umat manusia. Sang Kaisar, yang telah diutus kepada kita dan semua keturunan kita sebagai Sang Penyelamat, telah mengakhiri perang dan telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang teratur. Dan . . . akhirnya, hari Natal sang Dewa Agustus telah menjadi awal Kabar Baik bagi seluruh dunia, kabar baik tentang dirinya sendiri. Karena itulah, kelahirannya telah menjadi awal zaman baru.” **
Dalam tuturan penulis Injil Matius, kanak-kanak Yesus yang telah dilahirkan, yang diberitakan sebagai kelahiran seorang Raja Yahudi, telah menimbulkan kepanikan pada Raja Herodes Agung yang mendorongnya untuk memerintahkan pembunuhan semua anak di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah (Matius 2:2, 3, 16). Kisah ini tentu saja fiksi, dan gereja perdana mempunyai sebuah model yang bagus untuk menyusun kisah ini, yang diambil dari kitab suci Yahudi. Model yang dipakai adalah sosok Nabi Musa, yang dilahirkan ketika sang Firaun Mesir sedang menjalankan aksi pembunuhan atas anak-anak Ibrani yang terlahir sebagai bayi laki-laki, seperti dikisahkan dalam Keluaran 1:15-2:10. Fiksi ini disusun untuk mencapai tujuan propaganda religiopolitis kekristenan, yakni menyetarakan Yesus dari Nazareth dengan Nabi Musa, sosok teragung dalam Yudaisme. 


Catatan:
** Dekrit ini dikutip dalam Richard A. Horsley, The Liberation of Christmas. The Infancy Narratives in Social Context (New York: Crossroad, 1989), hlm. 27. 

-----ooo0ooo-----
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © Mei 2017. misteri ilahi - Rendy Ananda Aceda
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Frida Satriani Aceda Blogger