Home » » Yesus Bukanlah Beragama KRISTEN

Yesus Bukanlah Beragama KRISTEN


Beberapa sejarawan dan pakar Alkitab Internasional telah membuktikan bahwa Yesus selama hidupnya tidak pernah berurusan dengan agama yang bernama “Kristen”. Yesus bahkan tidak tahu menahu dengan adanya agama Kristen tersebut.

Button L. Mark dalam bukunya “Who Knows a New Testament” yang dikutip Dr. Sanihu Munir, mengatakan bahwa para murid-murid Yesus tidak pernah menganggap Yesus sebagai Kristus, karena Yesus bukanlah pendiri agama Kristen. Selanjutnya Dr. Sanihu Munir, mengutip pendapat Michael Bigent, dkk mengatakan bahwa Kristen tidak dapat lagi berkaitan dengan ajaran Yesus, tetapi hanya terkait dengan gambar Yesus saja. Paulus merupakan pendiri dan bapaknya agama Kristen, karena agama Kristen memang dibuat dan diperkenalkan sendiri oleh Paulus.

Dalam naskah laut mati dikatakan bahwa Yesus, Yohanes Pembaptis, dan murid-muridnya bergabung dalam sebuah kelompok yang disebut dengan ”jalan yang lurus”. Jalan lurus artinya jalannya orang-orang yang hanya tunduk dan patuh kepada perintah Allah semata, dan bukan jalannya orang-orang yang sesat. Yesus berkata dalam Alkitab :

Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14 : 6)

Dalam konteks sejarah dan ajaran Yahudi, yang dimaksud dengan perkataan Yesus tentang ”jalan kebenaran” itu adalah nama suatu agama, yang kemudian diadopsi oleh kelompok dan para pengikut Yesus. Mereka menamakan kelompoknya sebagai ”jalan yang lurus”. Kelompok itu terdiri dari orang-orang Yahudi-Nasara yang menyembah Allah (bukan orang-orang Yunani).

Dalam Al-Quran, kata-kata “Jalan yang lurus” itu terdapat pada Al-Qur’an Surat Al-Fatihah ayat 6, yang berbunyi : “Ihdinas shiroothal mustaqiim” yang artinya “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Jalan yang lurus artinya memberi petunjuk kepada kebenaran, dan bukan merupakan jalan yang sesat. Jalan yang lurus adalah jalan yang benar, dan jalan yang benar adalah Islam. Yesus dan murid-muridnya dapat dikatakan adalah orang-orang yang mengikuti jalan Islam.

Pakar Alkitab dan Sejarawan Kristen bernama A.N. Wilson dalam bukunya ”Jesus of Live” halaman 7 yang dikutip oleh Dr. Sanihu Munir, mengatakan bahwa para pengikut Paulus dan orang-orang gereja romawi yang hidup dan berkembang sesudah wafatnya Yesus, tidak pernah bisa memahami ajaran jalan yang lurus yang diajarkan Yesus. Mereka tidak mengerti sejarah bahwa Yesus itu adalah orang Yahudi yang hidup dalam alam Yahudi, dan bukan alam Yunani yang penuh dengan ajaran berhala.

Sejak awal untuk bisa bergabung dengan kelompok jalan yang lurus, seseorang disyaratkan untuk bersunat:

Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku." (Kejadian 17:11-14)

Kemudian Abraham menyunat Ishak, anaknya itu, ketika berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya.” (Kejadian 21:4)

Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Lukas 2:21)

Harap dicatat, Paulus justru yang mengharamkan sunat (Galatia 5:6 dan 1 Korintus 7:1-19), artinya ia memang terang-terangan menentang ajaran Yesus sebagai ajaran jalan yang lurus. Aneh!? Umat Kristen yang suka membangga-banggakan Yesus, justru menolak ajaran sunat yang merupakan syarat mutlak untuk dapat diterima sebagai pengikut Yesus. Sebaliknya umat Islam justru mengikuti ajaran sunat yang dipersyaratkan oleh Yesus. Bahkan umat Islam sendiri menjadikan sunat sebagai syarat sah bagi seseorang untuk bisa melakukan sholat. Tanpa sunat, tidak bisa sholat. Tanpa sholat, maka ia bukan Islam.
Dr. Sanihu Munir mengutip pernyataan Hendry Cadwick dalam bukunya “The Early Christian”, mengatakan bahwa orang Yahudi biasanya menyebut pengikut Yesus sebagai orang-orang Nasara (Nasrani) atau Muslim.

Paulus juga sebagai pendiri agama Kristen jauh setelah Yesus disalib:

Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhia-lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen“. (Kis 11:23-26)

Jadi mustahil Yesus beragama Kristen. Sebab kata “Kristen” sendiri berasal dari kata “Kristus”, yang maksudnya orang yang menyembah Yesus Kristus atau menjadikan Yesus sebagai Tuhan atau orang-orang yang menyembah Tuhan dalam nama Yesus. Suatu hal yang aneh dan tidak masuk akal, jika Yesus mengajarkan ajaran yang harus menyembah dirinya sendiri, karena selama hidupnya Yesus mengatakan hanya Tuhan yang baik dan patut disembah. Coba perhatikan perkataan Yesus berikut ini

"Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"  (Matius 4:10 dan Lukas 4:8)

Jawab Yesus : Mengapa engkau memanggil-Ku Guru yang baik, hanya satu yang baik, yaitu Tuhan. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah-Nya. (Matius 19:17 ~ Alkitab KJV Douay-Rheims Bible)

Dapat dipastikan Yesus adalah seorang muslim, sebab ia tidak pernah sekalipun berani mengatakan dirinya adalah Tuhan. Muslim yang baik adalah orang-orang yang takut menyekutukan Tuhan. Seorang Muslim tidak berani menyatakan Tuhan itu ada tiga atau lebih. Seorang Muslim hanya mau mengatakan Tuhan itu Esa. Dalam Al-Qur’an, Allah sendiri menegaskan bahwa Yesus tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah-sembah. Firman Allah :

Dan tatkala Isa (Yesus) datang membawa keterangan dia berkata : Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).” (Q.S. Az-Zukhruf:63-65)

Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. “(Maitus 20:28)

Dalam ayat  tersebut Yesus katakan bahwa dia hanyalah anak manusia, karena dia terlahir dari rahim ibunya. Jika Yesus itu Tuhan, tentu tidak mungkin hanya untuk menebus dosa-dosa manusia, nyawa Tuhan sendiri yang dikorbankan. Timbul pertanyaan lain; bagaimana dengan nasib orang-orang yang lahir dan mati sebelum kedatangan Yesus sebagai penebus dosa manusia? Tuhan Maha Kuasa, tentu Dia berhak untuk mengampuni dosa-dosa manusia tanpa harus mengorbankan “Anak-Nya” sendiri. Jika Yesus itu Tuhan, tentu tidak mungkin Tuhan mengorbankan nyawanya untuk manusia. Manusia-lah yang berkorban untuk Tuhan, bukan Tuhan untuk manusia.

[QS. Al-Baqarah 140]:
ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Perhatikan kata yang dicetak tebal diatas, menyembunyikan syahadah/syahadat artinya sebenarnya dalam Yahudi dan Nasrani ada syahadah, tetapi mereka tidak mengakuinya atau menyembunyikannya. Mari kita buka Alkitab, buka Yohanes 17: 3:

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."

Identik bukan dengan syahadah dalam Islam?

Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusannya.


-o0o-
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © Mei 2017. misteri ilahi - Rendy Ananda Aceda
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Frida Satriani Aceda Blogger